BERMULANYA AGAMA ISLAM DI ATAS BUMI





Agama Islam diturunkan Allah ke muka bumi tidak sekaligus, tidak seperti Islam yang sekarang ini dikenal. Hal ini dibuktikan dengan pengutusan para nabi dan rasul kepada umat manusia yang datang silih berganti yang membawa ajarannya masing-masing. Ajaran-ajaran yang dibawa para nabi rasul tersebut selalu membawa nilai-nilai keIslaman. Semua nabi dan rasul memiliki tugas utama yang tidak berbeda yaitu menyampaikan ajaran ketauhidan dan keesaan Allah.

Tidak salah kiranya apabila Islam memiliki sifat, meminjam istilah ulama Yusuf Qardawi, ‘asy-Syumul atau menyeluruh yang meliputi segalanya. Ia meliputi semua zaman dan merangkumi seluruh kejadian dan kehidupan manusia. Seorang ulama menggambarkan keluasan arti asy-Syumul di dalam risalah Islam itu sebagai berikut. “Islam adalah risalah yang panjangnya meliputi semua zaman, lebarnya mengatur segenap aspek hidup manusia dan dalamnya merangkumi setiap persoalan dunia dan akhirat”. Islam adalah risalah bagi setiap zaman dan generasi, bukan risalah pada masa tertentu yang peranannya habis dengan berakhirnya masa itu, sebagaimana keadaan risalah Nabi-nabi yang terdahulu sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Bahwa setiap Nabi diutus dalam jangka waktu tertentu. Bila waktunya habis, maka Allah s.w.t. mengutus Nabi yang lain.

Adapun Nabi Muhammad s.a.w. risalahnya abadi hingga ke hari Qiamat dan meliputi seluruh alam. Risalah ini membawa hidayah yang terakhir bagi umat manusia. Tidak ada syariat lagi setelah Islam, tidak ada kitab lagi setelah Al-Quran dan tidak ada Nabi dan rasul lagi sesudah Nabi Muhammad s.a.w. Islam adalah risalah masa lalu, masa kini, dan masa depan yang abadi. Risalah Islam bukanlah hasil bawaan dari Rasulullah SAW saja namun juga seluruh nabi dan rasul. Semua nabi adalah muslim dan menyeru kepada Islam. adalah salah kalau ada yang mengatakan bahwa Islam hasil dari kreasi dan baru muncul sejak nabi Muhammad SAW lahir.

Berikut ini beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Islam sudah dibawa sejak nabi Adam AS."Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (Q.S. An-Nisa : 1).


Nuh AS. 1. Nuh As: “Dan aku diperintah supaya aku termasuk golongan Muslimin.”(Yunus: 72) 2. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Alaihis’ Salam berkata: Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (Al Baqarah 128) 3. Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub berwasiat kepada anak-anaknya: “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah s.w.t. telah memilih Agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (surah al-Baqarah: 132) 4. Nabi Musa Alaihis’ Salam berkata: “Hai kaumku, jika kamu berima kepada Allah, maka bertawakkallah kepadaNya sekiranya Kamu benar-benar Muslim.” (Yunus: 84) Sehingga risalah Islam tidak terbatas pada masa dan generasi tertentu, ia tidak terbatas kepada satu tempat, atau segolongan umat atau satu bangsa atau satu kelas masyarakat tertentu.

Sesungguhnya ia adalah risalah sejagat yang merangkumi setiap umat, setiap jenis manusia, setiap bangsa dan setiap kelas di dalam masyarakat. Ia bukan risalah bagi satu bangsa yang tertentu, yang mendakwa bahwa bangsanyalah pilihan Tuhan dan seluruh manusia mesti tunduk kepadanya (Qardawi). Islam juga bukan risalah bagi kawasan tertentu sehingga kawasan-kawasan lain terpaksa mengakuinya supaya ia dapat menarik keuntungan daripadanya. Ia bukan risalah bagi satu kelas tertentu dalam masyarakat supaya ia dapat memerintah kelas-kelas yang lainnya berkhidmat untuk kepentingannya atau mengikut kemauannya ataupun mengeksploitasinya. Islam untuk semua kelas baik dari kalangan orang-orang kuat atau orang-orang lemah, dan kalangan pemimpin atau hamba, dan kalangan orang-orang kaya, atau orang-orang miskin. Sesungguhnya tidaklah menjadi hak monopoli satu golongan tertentu untuk memahamkan, menafsirkan serta mendakwahkan Islam seperti yang disalahfahamkan sebagian orang. Sesungguhnya ia adalah hidayah Tuhan manusia kepada setiap manusia dan rahmat Allah bagi setiap hambaNya. “Dan tiadalah Kami mengutusmu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta Alam.” (surah An Anbiya’: 107).

Islam adalah risalah manusia seutuhnya, yaitu dipandang dan sudut manusia keseluruhannya. Ia bukanlah risalah bagi akal tanpa ruh, bukan bagi ruhani tanpa jasmani, bukan bagi fikiran tanpa perasaan. Ia adalah risalah insan seutuhnya yaitu ruhnya, akalnya, jasmaninya, hati nuraninya, kemauannya dan perasaannya. Islam tidak membagi manusia menjadi dua bahgian sebagaimana yang dilakukan oleh agama-agama lain. Pertama bagian ruhani yang dikendalikan oleh agama dan diarahkannya ke tempat ibadat. Bagian ini menjadi hak istimewa golongan agama dan tempat permainan bagi para ulama, paderi ,dan pendeta untuk mengarahkan manusia dan celah-celahnya. Bagian kedua terdiri dari benda/raga, yang tidak ada kekuasaan bagi agama dan golongan agama di dalamnya. Bahkan tidak ada tempat bagi Allah s.w.t. daripadanya. Bagian ini menjadi lahan bagi kehidupan, dunia, politik, masyarakat dan negara.

Dan inilah bagian terbesar dalam kehidupan manusia. Padahal sejatinya sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia tidak terbagi dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Ia adalah manusia seutuhnya. Suatu keseluruhan yang padu dalam bentuk kepaduan yang satu. Tidak dapat dipisah-pisahkan antara ruh dan benda, di antara akal dengan perasaan. Ia adalah kesatuan yang padu yang tidak dapat dibagi antara jasmani, ruhani, akal fikiran dan hati nurani. Mereka satu kesatuan yang memiliki satu tujuan yakni Allah dan Akhirat.

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (An Nahl: 36)

Demikianlah, tidak pelak lagi, kehadiran Rasulullah SAW untuk memberitakan kepada dunia bahwa ajaran-ajaran nabi-rasul terdahulu telah usai dan harus disempurnakan. Salah satu sumber penyebaran agama-agama Allah adalah kitab suci, dengan demikian kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada nabi-rasul terdahulu secara otomatis tidak berlaku lagi dan hanya wajib diimani saja. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu,dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu.(Al Maidah 3)

Sesungguhnya agama (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imron: 19) Kenyataan ini mengandung konsekuensi terhadap seluruh umat manusia yang harus mengakui Islam sebagai agama Allah.

Apabila masih ada oknum-oknum yang mengaku sebagai ahlul kitab lalu melakukan penyebaran aqidahnya maka sama artinya mereka menyebarkan agama yang sudah kadaluwarsa. Sedangkan negara saja melarang beredarnya makanan dan minuman kadaluwarsa yang bisa meracuni jasmani masyarakatnya. Alangkah berbahayanya kalau yang disebarkan agama yang sudah kadaluwarsa. Bisa jadi seluruh bangsa akan keracunan aqidahnya. Hal itu sama saja dengan meracuni rohani negara.