Di
dalam Al-Quran terdapat dua
terminologi, yaitu fase makkiyah
dan fase madaniyah, dimana keduanya memiliki perbedaan kandungan isi. Umumnya
Surah-surah yang tertata rapih di dalam Al-quran berkaitan dengan kedua
terminologi tersebut. Melalui makalah ini kami akan menganalisis kedua fase tersebut
untuk menambah wawasan kita sebagai umat muslim.
Sementara
itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada Al-Quran yang tergolong
Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan penyaksian langsung
tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan ialah memahami ayat-ayat
mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyah, kecuali riwayat dari para
sahabat Rasul. Karena merekalah yang mengikuti perjalanan hidup Rasulullah Saw.
baik di Mekah maupun di Madinah
Rumusan Masalah
- Apakah definisi dari Makkiyah dan Madaniyah?
- Bagaimana cara mengetahui suatu ayat atau surat tergolong pada Makkiyah atau Madaniyah?
- Apakah ciri-ciri spesifik dari Makkiyah dan Madaniyah?
- Apa perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah?
- Apakah urgensi pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah?
- Bagaimana klasifikasi ayat-ayat dan surat, apakah tergolong Makkiyah atau Madaniyah?
Tujuan Penulisan
- Memahami definisi ayat atau surat Makkiyah atau Madaniyah.
- Mengetahui cara menggolongkan Makkiyah dan Madaniyah.
- Mengetahui ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah.
- Memahami perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah.
- Memahami urgensi pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah.
- Mengetahui klasifikasi ayat atau surat dalam hubungannya dengan Makkiyah atau Madaniyah.
SURAT
AL-MAKKIYAH DAN AL-MADANIYAH
Pengertian
Makkiyah dan Madaniyah
Studi
tentang ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyah sesungguhnya tidak lebih dari memahami
pengelompokan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya sebuah
ayat atau beberapa ayat Al-Quran. Dalam hubungan ini, para sarjana muslim
mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat prespektif itu
adalah sebagai berikut.
1. Prespektif masa
turun
Menurut prespektif ini bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang
turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah (12 tahun, 5 bulan dan 13 hari), kendatipun bukan turun di Mekkah,
sedangkan Madaniyah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah (9 tahun, 9 bulan dan 9 hari),
kendatipun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa
hijrah disebut Madaniyah walaupun turun di Mekah atau Arafah.
Dengan demikian surat An-Nisa’ [4]:58 termasuk kategori
Madaniyah kendatipun diturunkan di Mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota
Mekah (fath Mekah):
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Seusungguhnya
Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat” (an-Nisa’ [4]: 58).
Begitu pula, surat Al-Maidah [5]:3 termasuk kategori Madaniyah
kendatipun tidak diturunkan pada peristiwa haji wada’.
2. Prespektif
tempat turun
Menurut prespektif ini Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di
Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyyah, sedangkan Madaniyah
adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’, dan
Su’la.
Namun terdapat kelemahan dari pendefinisian di atas sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat At-Taubah [9]:42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43]:45 diturunkan di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam makiyyah dan Madaniyah.
3. Prespektif
objek pembicaraan
Menurut prespektif ini makiyyah adalah khitab bagi orang-orang
Mekah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi
orang-orang Madinah.
Pendefinisian di atas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan
asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Quran dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha
An-nas” yang menjadi kriteria
Makiyyah, dan ungkapan “ya ayyuha Al-ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyah.
Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Misalnya Surat Al-Baqarah [2] termasuk
kategori Madaniyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21
dan ayat 168 yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha An-nas”. Lagi pula banyak ayat Al-Quran
yang tidak dimulai dengan dua ungkapan di atas.
Adapun pendefenisian Makiyyah dan Madaniyah dari prespektif tema
pembicaraan akan disiggung lebih rinci dalam uraian karakteristik kedua
klasifikasi tersebut.
Sekalipun ketiga definisi di atas pada dasarnya merupakan bagian
dari pengklasifikasian ayat-ayat Al-Quran. Tetapi untuk menghindari kekeliruan
kami sepakat memilih definisi yang pertama. Dengan pengklasifikasian yang
teliti berdasarkan tempat dan waktu turunnya ayat, akan diketahui ayat-ayat
mana saja yang turun lebih dahulu dan turun kemudian. Selanjutnya akan
diketahui kronologi turunnya ayat tertentu.
B. Cara Mengetahui
Makiyyah dan Madaniyah
Dalam menetapkan mana ayat-ayat Al-Quran yang termasuk kategori
Makiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim berpegang teguh pada dua pendekatan
sebagai berikut:
1. Pendekatan
transmisi
Melalui perangkat ini sarjana muslim merujuk kepada
riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang
besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang
saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek aspek
yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Quran, termasuk di dalamnya adalah
informasi kronologis Al-Quran.
Seperti halnya hadis-hadis Nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadis, para sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi Al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab An-Nuzul, pembahasan-pembahasan ilmu Al-Quran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Dengan demikian prangkat transmisi itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup di masa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Atau dari Tabi’in yang mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu.
2. Pendekatan
analogi (Qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyyah dan Madaniyah, para
sarjana muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik
dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian, bila dalam surat Makkiyyah
terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyah, ayat ini
termasuk kategori Madaniyah. Tentu saja, para ulama telah menetapkan tema-tema
sentral yang ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi
itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu
sebagai ciri khusus Makkiyyah; tema faraid dan ketentuan had sebagai ciri
khusus Madaniyah.
Dari uraian di atas kami menilai bahwa yang lebih mendapat perhatian
ialah apa-apa yang terdapat (isi atau pembahasan) pada Al-Makkiy dan Al-Madaniy.
C. Ciri-ciri
Spesifik Makiyyah dan Madaniyah
Para ulama berusaha merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan
Madaniyah dalam menguraikan kronologis Al-Quran. Mereka mengajukan dua titik
tekan dalam usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis.
Dari titik tekan pertama diformulasikan ciri-ciri khusus Makkiyyah dan
Madaniyah sebagai berikut:
1. Makkiyyah
- Di dalamnya terdapat ayat sajdah.
- Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”. Lafal ini hanya terdapat pada separuh terakhir dari Al-Quran yang disebutkan 33 kali pada 15 surat.
- Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha an-nas” dan tidak ada ayat yang dimulai dengan uangkapan “ya ayyhal Al-ladzina” kecuali dalam surat Al-Hajj [22], karena dipunghujung surat terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyhal Al-ladzina”.
- Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.
- Ayat-ayatnya berbicara tentangkisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah [2]; dan
- Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-tahajji) seperti Alif lam mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan sebagainya, kecuali surat Al Baqarah dan Ali ‘imran [3]. Sedang surat Ra’d masih dipersilihkan.
2. Madaniyah
- Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had (sanksi)
- Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut [29]; dan
- Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitabin.
Sedangkan berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskan
ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyah sebagai berikut:
1. Makkiyah
- Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan perihalnya, neraka dan siksanya, surga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok musyrikin dengan argumen-argumen rasional.
- Menetapkan fondasi-fondasi umum sebagai pembentukan hukum syara’ dan keutamaan-keutamaan akhlak yang harus dimiki anggota masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan terhadap kriminalitas-kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, mengonsumsi harta anak secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
- Menyebutkan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka; dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
- Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati dan maknanya menyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti yang surat-surat pendek, dan perkecualiannya hanya sedikit.
- Semua surat yang isinya memberi penekanan pada masalah akidah adalah Makkiyah.
2. Madaniyah
- Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah,, had, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutamaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
- Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam. Penjelasan mengenai mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.
- Menyingkap perilaku orang-orang munafik, menganilis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
- Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahsa yang memantapkan syariat dan menjelaskan tujuan dan sasarannya.
Ciri-ciri spesifik yang dimiliki Madaniyah, baik dilihat dari
presfektif analogi ataupun tematis, memperlihatkan langkah-langkah yang
ditempuh Islam dalam mensyariatkan peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara
periodik.
Laporan-laporan sejarah telah membuktikan adanya sistem
sosio-kultural yang berbeda antara Mekah dan Madinah. Mekah dihuni komunitas
atheis yang keras kepala dengan aksinya yang selalu menghalangi dakwah Nabi dan
para sahabatnya, sedangkan di Madinah setelah Nabi hijrah kesana terdapat tiga
komunitas. Komunitas muslim yang terdiri dari kelompok Muhajirin dan Anshar,
komunitas munafik, dan komunitas Yahudi. Al-Quran menyadari benar sosio-kultural
antara kedua tempat itu. Oleh karena itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan
bagi penghuni Mekah sangat berbeda dengan alur yang diturunkan bagi penduduk
Madinah.
D. Urgensi
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah
1. Membantu
dalam menafsirkan Al-Quran
Dengan mengetahui tempat-tempat turun ayat dapat membantu untuk
memahami ayat dan menafsirkannya. Jika ada pelajaran yang dapat diambil
daripadanya itu berbentuk lafaz umum bukan dengan menentukan
sebab. Orang yang menafsirkannya itu sanggup memberikan penjelasan ketika
terjadi pertentangan makna ketika pada dua ayat, supaya berbeda antara masikh dan mansukh. Jika yang belakangan
itu nasikh supaya ditempatkan di depan.
2. Pedoman bagi
langkah-langkah dakwah
Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang
relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat
Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara
menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu
dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani
orang-orang yang diserunya. Disamping itu, setiap langkah-langkah dakwah
memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan
kondisi sosio-kultural manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah
memberikan contoh untuk itu.
3. Memberikan
informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi,
baik di Mekah dan Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai
diturunkannya wahyu terakhir.[7] Dengan
demikian Al-Quran adalah pedoman bagi perjalanan dakwah Nabi yang informasinya
tidak diragukan lagi.
E. Klasifikasi
Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Quran
1. Surat-surat
al-makky :
Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim,
Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun,
Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman,
As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir,
Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf,
Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam,
Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir,
Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir,
Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa,
Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr,
At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur,
Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar,
Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.
2. Surat-surat
al-madaniy :
Al-Baqarah,Ali Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah,
Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot,
Ar-Rahman, Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf,
Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan,
Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr.
3. Ayat-ayat
Makkiyah dalam Surah Madaniyah
Dari sekian contoh-contoh dalam surat Madaniyah, ialah surat
al-Anfal adalahMadaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ
يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ
الْمَاكِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat maker
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu.
Mereka membuat maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan Allah
sebaik-baik pembalas makar”. (al-Anfal
:30)
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan ”Ayat ini diturunkan di
Mekah, zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa yang
dilakukan oleh orang-orang musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka merencanakan
makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.
4. Ayat-ayat Madaniyah
dalam surah Makkiyah
Di dalam Surah al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat
yang madaniyah, yaitu ayat 19-21.
هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا
قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُود وَلَهُمْ مَقَامِعُ
مِنْ حَدِي
5. Madaniyah mirip
Makkiyah
Yang dimaksund oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat yang
terdapat dalam surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum
seperti surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalm surah Al-Anfal
yang madaniyah :
”Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musrik-berkata, ”Ya
Allah, Jika benar Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan batu dari
langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal:32)
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musrikin untuk disegerakan
azab adalah di Mekah.
6. Makkiyah
mirip Madaniyah
Yang dimaksud oleh apara ulama, ialah kebalikan dari yang
sebelumnya. Mereka memberi contoh dengan firman Allah dalam surah An-Najm:
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ
إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ
أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji
selain kesalahan-kesalahan kecil”. (an-Najm
:32)
Menurut As-Suthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada
sangsinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka.
Dan kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas
dosa-dosa di atas. Sementara itu di Mekah belum ada sangsi yang serupa
dengannya.
7. Ayat yang turun
di Mekah dan hukumnya Madaniyah
a) Ayat
13 surat Al-Hujurat
Ayat tersebut turun pada waktu fathu
Mekah. Ayat ini dinyatakan
ayat Madaniyah karena turun sesudah hijrah.
b) Ayat
3 sampai dengan 5 surat Al-Maidah.
Ayat tersebut turun pada hari jumat. Kala itu umat Islam tengah
berwukuf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’. Haji ini dilaksanakan
Rasulullah saw. setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat di atas
diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyah kendati turun di Arafah, dan seperti
diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar Mekah.
8. Ayat-ayat
yang turun di Madinah, hukumnya Makkiyah
a) Al-Mumtahanah
Surat ini turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah
menjelang Futuh Mekah. Ini artinya terjadi setelah
hijrah. Kisahnya demikian: mengetahui Rasulullah hendak berangkat ke Mekah,
seseorang bernama Hattab bin Abi Balta’ah menulis surat untuk disampaikan
kepada orang Quraisy di Mekah. Isinya menginformasikan rencana Rasulullah dan
kaum muslimin yang akan berangkat ke kota yang disebut paling terakhir.
Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat ini sebagai
Makkiyah. Ia tak menjelaskan alasannya. Ada kemungkingan penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran ini sepakat dengan pendapat yang
mengatakan ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada
penduduk Mekah.
b) Ayat 41
surat An-Nahl
c) Mulai
awal surat At-taubah (bara’ah) sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini
sesungguhnya Madaniyah, tetapi Khitab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
sesungguhnya Madaniyah, tetapi Khitab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
Melalui
pemaparan pada bab sebelumnya maka pada bab III ini, pemakalah akan mengambil sebuah kesimpulan untuk
melengkapi makalah ini. Kita dapat simpulkan bahwasnnya surat-surat Makkiyah
adalah surat-surat yang turun sebelum adanya hijrah, namun ada beberapa ayat di
dalam surat-surat Madaniyah yang termasuk ayat Makkiyah. Sedangkan Surat-surat
Madaniyah adalah surat-surat yang turuh sesudah adanya hijrah, namun ada
beberapa ayat di dalam surat Makkiyah yang termasuk ayat Madaniyah. Pada
umumnya surat-surat Makkiyah
mudah dihafal karena ayat-ayat pendek sedangkat sebaliknya pada surat Madaniyah
ayat-ayatnya terlalu panjang.