Osmanli Imparatorolugu, demikian orang
Turki menyebutnya. Ottoman Empire, demikian dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa
Indonesia artinya adalah Kekaisaran Ottoman. Umat muslim mengenalnya sebagai
Kekhalifahan Utsmani.
Empire, Imparatorolugu, atau Kekaisaran
adalah sebuah istilah yang menunjukkan kerajaan dengan kekuasaan yang sangat
luas. Kita mengenal Kekaisaran Romawi (Roman Empire), Kekaisaran Jerman (Holy
Roman Empire), atau Kekaisaran Cina (berbagai dinasti). Ottoman, Osmanli atau Utsmani
merupakan kata yang menunjukkan nasab/silsilah dari penguasa kerajaan tersebut,
yaitu anak cucu Utsman (Osman dalam bahasa Turki). Penggunaan nasab/silsilah
sebagai nama bagi kerajaan memang lazim digunakan pada saat itu, misal
Kekhalifahan Abbasiyah (keturunan Abbas R.A) atau Fatimiyah (Keturunan Fatimah).
Sultan Alauddin meninggal pada 1300 M / 699 H, maka Utsman mengumumkan diri sebagai Sultan yang berdaulat penuh. Namun tidak langsung diakui oleh banyak orang. Pada masa itu, Utsman hanya memiliki wilayah yang sangat kecil.
Seperti lazimnya sistem pengisian
jabatan di zaman dahulu, yaitu dengan penunjukkan dan setelahnya diwarisi turun
temurun, kepemimpinan Ertughrul diwarisi oleh anaknya Osman. Osman bergelar
Osman Gazi atau panglima Osman karena pada kenyataannya Osman memang setingkat
panglima dalam hirarki di Bani Seljuq. Saat kekuasaan Bani Seljuq melemah, para
panglima yang dulunya diberi daerah kekuasaan oleh Sultan Seljuq mendirikan
kesultanan sendiri, yang disebut Kesultanan Ghazi.
Sebenarnya Osman telah diberikan
kekuasaan otonom oleh Sultan Seljuq di wilayahnya. Ia diberikan kuda, dan
panji, dan drum sebagai lambang kekuasaan. Kutbah Jumat di wilayahnya juga
mendoakannya bahkan ia bisa mencetak uang atas namanya. Sehingga saat Seljuq
meredup wajar jika kekuasaan Ottoman muncul ke permukaan.
Inilah awal bedirinya kekuasaan
Ottoman di wilayah Anatolia. Oleh karena itu yang tercatat sebagai sultan
pertama Ottoman adalah Sultan Osman Ghazi. Demikian pula kesultanan tersebut
menabalkan namanya berdasar nama Osman, Osmanli/Utsmani. Osman adalah seorang yang kuat,
sehingga ia digelari Kara (literal: hitam, maksudnya adalah kuat).
Pada Osman, ibukota kekuasaan yang
awalnya di daerah Sogut dipindahkan ke Busra dan kekuasaan Ottomanpun terus
membesar. Ottoman berhasil menaklukkan Gemlik dan meletakkan dasar yang kuat
bagi berlangsungnya sebuah kesultanan Ottoman.
Satu hal yang sering tidak disebut di buku sejarah, bahwa Osman adalah orang yang cukup religius. Ia selalu mendengarkan nasehat seorang Syaikh, yaitu Syaikh Edebali. Ia sering datang ke rumah beliau dan mendengarkan nasihat beliau atau berkumpul bersama grup darwis (sufi) di rumah beliau.
Suatu hari saat sedang menginap di
tempat Edebali, Osman bermimpi, ia melihat bulan turun ke dada Edebal.
Cahayanya berkembang hingga ke dada Osman. Dari sana tumbuh pohon yang besar,
hijau, dan banyak cabangnya. Bayangan pohon tersebut menutupi seluruh dunia.
Esoknya Osman segera menanyakan tafsiran mimpinya kepada Edebali. Lalu Syaikh
menyatakan bahwa Alloh telah memberikan kekuasaan kepada Osman dan
anak-anaknya. Dunia akan berada di bawah perlindungan anak cucunya. Selain itu,
mimpi mengisyarakan Syaikh agar menikahkan putrinya kepada Osman. Ternyata
tafsiran Syaikh atas mimpi ini menjadi kenyataan. Keturunan Osman memang
memerintah wilayah yang sangat luas, dari Jazirah Arab ke Wina, dari Aljazair
ke Iraq. Membentang di tiga benua.
Setelah Osman wafat, beliau digantikan
oleh Orkhan. Seperti ayahnya, Orkhan (Orhan) bergelar Sultan Orhan Ghazi. Beliau memiliki
beberapa isteri dan beberapa di antaranya adalah ningrat Byzantum. Misalnya
Teodora, putri dari Kaisar Byzantium John VI Kantakouzenos. Atau isteri
keduanya, Holofira, yang merupakan puteri Pengeran Byzantium di Yarhisar. the
daughter of the Byzantine Prince of Yarhisar. Legendanya, Holofira ini
meninggalkan upacara pernikahannya dengan Pangeran Bilecik dan beralih ke
Orhan. Setelah menikah dengan Orhan, Holofira menjadi muslimah
dan berganti nama menjadi Nilufer Hatun. Nilufer inilah yang melahirkan Murad,
penggati Orhan nantinya.
Ceritanya, Raja John VI ini awalnya
tidak memiliki ambisi menjadi Kaisar, tetapi ia orang yang berpengaruh di
kalangan pemerintahan. Ia hanya menjadi kepala pemerintahan administratif
sampai calon kaisar yang masih muda naik tahta. Tetapi beberapa kalangan dekat
Ratu, ibu dari calon kaisar yang masih kecil, curiga pada motivasi dari John
VI, juga sang Ratu sendiri. Sehingga saat John VI berkunjung ke Morea,
pasukannya di ibu kota dihancurkan dan ia dinyatakan sebagai kriminal. Kaisar
yang kecilpun segera dinobatkan.
Hal ini membawa perang sipil karena
para pendukung John tidak mau menuruti keputusan sepihak tersebut. John IV
mencari bantuan dari negara-negara tetangganya. Ternyata Ottomanlah yang
menyanggupi membantunya. Mungkin pernikahan putrinya, Teodora adalah dalam
rangka mengukuhkan ikatan aliansi tersebut.
Ternyata Ottoman pertama
kali menginjakkan kaki di Eropa dalam rangka membantu sekutunya Kaisar John VI
Kantakouzenos ini. Ottoman kemudian mendapatkan daerah di Galipoli. Selain
membantu John VI Kantakouzenos memenangkan perang sipil, Ottoman juga
membantunya melawan Stephen Uros IV Dusan dari Serbia yang memanfaatkan situasi
genting di Byznaitum untuk menduduki wilayah-wilayahnya. Pada masanya ia membentuk tiga pasukan utama, tentara Siphai (tentara reguler), tentara Hazeb (tentara ireguler), tentara Jenisari (pasukan direkrut pada usia dua belas tahun).
Baru saat sultan ketiga naik tahta, Murad I, beliau mulai mengunakan gelar Hudavendigar atau Kaisar. Kemungkinan hal ini untuk menunjukkan keinginan Murad untuk lepas dari baying-bayang Seljuq, seperti kita tahu, gelar Ghazi (panglima) yang diperoleh kakeknya adalah berasal dari pengabdiannya kepada Bani Seljuq.
Selain itu, Murad memang sudah pantas untuk menyematkan gelar itu pada dirinya, saat itu, kekuasaan Ottoman telah berkembang hingga ke seberang benua, yaitu Eropa. Dengan wilayah yang luas tersebut, berarti Kerajaan Ottoman telah menaklukkan berbagai kota, seperti Nice, Edirne, dll. Para raja/pembesar kerajaan tersebutpun telah takluk kepada Ottoman. Sehingga tidak salah Murad menaikkan gelarnya dari Ghazi (panglima) menjadi Hudavendigar (kaisar). Karena pertama menggunakan gelar ini, Murad lebih dikenal sebagai Sultan Murad Hudavendigar Han. Gelar sultan Ottoman sejak Murad ini menjadi Sultan ____ Han.
Murad memang dikenal sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar pemerintahan Ottoman. Beliau memindahkan ibu kota ke Erdine (Adrianopel), membangun diwan/administrasi baru dan membangun Jenissari (tentara baru). Beliau juga membentuk sistem pemeirintahan provinsi dengan membentuk provinsi Anadolu (Anatolia) dan Rumeli (Eropa). Selain pertama menggunakan gelar Hudavendigar, Murad juga Sultan Ottoman pertama yang menetapkan gelar Sultan bagi para raja Ottoman.
Murad I berhasil memperluas daerah kekuasaan Ottoman ke wilayah Macedonia dan Serbia. Namun beliau wafat saat pasukan penyusup Serbia berhasil menyelinap ke tenda beliau dan membunuhnya.
Hudavendigar digantikan
oleh puteranya Sultan Yildirim Beyazid Han. Beyazid melanjutkan penaklukkan kearah Eropa. Namun
penaklukkan tersebut kemudian berhenti karena terjadi serangan dari arah
belakang, dari arah Asia. Serangan tersebut dilancarkan oleh Kekuasaan Mongol
yang besar dan kuat, Tamerlane. Beyazid secepat kilat berbalik arah dan
meluncur dari Eropa ke Anatolia untuk menahan serangan Tamerlane. Namun
kemudian beliau ditawan dalam Pertempuran Ankara.
Memang kemudian Tamerlane
tidak melanjutkan serangannya sehingga Kesultanan Ottoman tidak runtuh. Namun
tertangkapnya Beyazid menimbulkan perebutkan kekuasaan antara anak-anak Beyazid
sehingga kekuasaan Ottoman menjadi kacau. Ottomanpun kehilangan beberapa daerah
kekuasaannya di Eropa dan Anatolia karena deerah tersebut memanfaatkan keadaan
Ottoman yang sedang kacau untuk melepaskan diri (separatis). Masa perpecahan
ini disebut masa Interegnum.
Walapun demikian, Beyazid
tetap dikenang sebagai sultan yang sigap dan awas. Kecepatan pasukannya
bergerak dari Eropa ke Anatolia untuk mengantisipasi serangan Tamerlane
menjadikan beliau digelari Yildirim (Sang Kilat). Sehingga beliau bergelar
Sultan Yildirim Beyazid Han. Selain itu, awasnya beliau sehingga mampu
mengantisipasi serangan dari arah belakang menjadikan beberapa lukisan wajah beliau
menggambarkan beliau sedang melirik atau menoleh ke belakang.
Sultan Beyazid dalam tahanan Timurlenk (tamerlane).
Berbagai kisah beredar mengenai keadaan Beyazid dalam tawanan Timurlenk. Ada yang menyatakan ia diperlakukan seperti budak, ada yang menyatakan ia dimasukkan dalam piala untuk dipertontonkan kepada orang lain. Dalam catatan di istanan Timurlenk dikatakan bahwa Timurlenk memperlakukan Beyazid dengan baik dan bahkan menangisi kematiannya. Setahun atau ada yang mengatakan tujuh bulan 12 hari dalam tawanan akhirnya Beyazid wafat. Timurlenk akhirnya berhasil menangkap Sultan Yildirim Beyazid Han. Setelah berhasil mengalahkan Beyazid Sang Petir, Timurlenk mengakui Mehmed Celebi anak Beyazid sebagai penguasa sah Ottoman. Tetapi saudara-saudaranya menolak mengakui kekuasaan Mehmed, maka terjadilah masa perpecahan dalam kekuasaan Ottoman. Anak-anak Beyazid mengkalim wilayah kekuasaannya sendiri. Suleyman Celebi menjadi Sultan Edirne, Isa Celebi di Bursa, dan Mehmed Celebi di Amasya. Mereka berperang satu sama lain untuk memperbutkan tahta Ottoman. Masa ini disebut sebagai masa Interregnum (Fetret Devli).
Mehmed berhasil merebut
Bursa dari Isa, kemudian Isa melarikan diri ke Barat Laut Anatolia. Namun
kemudian Isa dibunuh oleh Suleyman. Hal ini menjadikan Mehmed sebagai penguasa
tunggal di wilayah Anatolia dan Suleyman sebagai penguasa tunggal di Rumelia.
Suleyman kemudian melakukan usaha menyerang Mehemed. Mehmed menyadari bahwa ia
sendirian tidak akan sanggup menghadapi sang kakak tertua, Suleyman, sendirian.
Maka ia menghubungi saudaranya Musa Celebi untuk menjalin aliansi.
Aliansipun berhasil
dibentuk. Untuk mencegah serangan Suleyman makin merangsek ke daratang
Anatolia, Musa dengan kekuatan kecil menyerang Edirne. Taktik itu berhasil,
Suleyman berbalik arah dan kembali ke Edirne. Tetapi ia berhasil dibunuh oleh
Musa. Tetapi Musa kemudian mengklaim dirinya sebagai Sultan Edirne. Mehmed yang
tidak terima akan hal ini kemudian menyerang Musa dan berhasil mengalahkannya.
Berakhirlah masa Fetret
Devli (Interegnum) dan Ottoman kembali dipimpin oleh satu Sultan yaitu Sultan
Mehmed Celebi Han.
Setelah berhasil mengkonsolidasikan
kekuatan di dalam, Mehmed kemudian kembali merapikan wilayah Ottoman yang
berantakan akibat Interegnum. Ia mulai dari wilayah Anadolu (Anatolia). Pada
1414 ia menaklukkan Izmir, Negeri Candar, Cilcia, dan Saruhan. Karaman yang
mencoba menyerang Bursa berhasil ditepis. Setelah konsolidasi Anatolia, ia
mengarah ke Rumelia (Eropa). Di Eropa Memed berhasil mengembalikan kekuasaan
Ottoman dan kemudian menjadikan Wallachia membayar pajak pada Ottoman. Selain itu
beliau juga melanjutkan pembangunan angkatan laut Ottoman.
Karena prestasinya mengembalikan
kekuasaan Ottoman, beliau dikenal sebagai pendiri kedua Ottoman, Second
Founder. Gelar kebangsawanannya yang dipakai sejak masa Interegnum juga terus
terbawa, sehingga beliau dikenal sebagai Mehmed Celebi, Celebi adalah gelar
bangsawan yang berarti “Yang Terhormat.”
Sebagian orang menyebut beliau masih
keturunan Maulana Jalaluddin Rumi, seorang Sufi besar. Dalam masanya, beliau
juga memperhatikan perkembangan kemasyarakatan. Hal ini berkat pengaruh
wazirnya di Amasya dahulu, Sehiri. Beliau membangun berbagai masjid, madrasah,
dan bangunan lainnya. .Peta Wilayah Ottoman di masa Mehmed Celebi

Saat diangkat sebagai sultan setelah wafatnya sang ayah, Mehmed Celebi, Murad II baru berusai belasan tahun (sekitar 19 tahun). Segera setelah pengangkatannya, Byzantium bermain prahara. Sebelumnya Byzantium telah bersedia menahan Musthafa Celebi Sang Penipu (Düzmece Mustafa). Sebelumnya Musthafa Celebi ini telah mencoba memberontak terhadap Mehmed Celebi tetapi berhasil ditangkis. Musthafa lari ke Byzantium lalu dengan bayaran Mehmed Celebi, Byzantium bersedia memenjarakan Musthafa.
Segera setelah Murad II naik tahta, Byzantium mendeklarasikan Musthafa sebagai pewaris sah Beyazid Yildirim. Tetapi ini bersyarat bahwa Musthafa harus menyerahkan kota-kota penting jika ia naik tahta. Dengan bantuan Byzantium Musthafa berhasil mendarat di Rumelia dan mengalang kekuatan di sana. Banyak pasukan Ottoman yang kemudian mendukungnya. Murad lalu mengrim pasukan di bawah Jenderal Senior, Beyezid Pasha. Tetapi Musthafa Sang Penipu berhasil membunuh Sang Jenderal dan iapun mendeklarasikan diri sebagai Sultan Edirne.
Lalu Musthafa Celebi mencoba menyerang ke wilayah Anatolia. Namun Murad II menunjukkan keahliannya sebagai panglima. Walaupun cukup kalah jumlah tetapi beliau bisa memenangkan pertempuran. Musthafa Sang Penipu pun menghindar ke Galipoli (Ulubat). Tetapi terus dikejar Murad II dengan bantuan pelaut asal Genose, Adorno. Msuthafa berhasil ditangkap dan dihukum mati.
Murad II kemudian mengarahkan serangan ke Byzantium yang telah memplot pemberontakan Düzmece Mustafa tersebut. Murad II membentuk pasukan Azeb dan kemudian melakukan pengepungan terhadap Konstantinopel. Di tengah pengepungan, Murad II mendengar adiknya, Musthafa, yang berusia 13 tahun melakukan pemberontakan dengan dukungan Byzantium dan negara-negara kecil di sekitar Anatolia. Pasukan Musthafa telah mengepung Busra, kota kedua terbesar setelah Edirne.
Murad segera menuju Busra. Musthafa berhasil dikalahkan, ditangkap, dan dihukum. Negara-negara kecil di Anatolia (Aydin, Mentese, Teke dan Germian) juga menerima akibat dari keterlibatan mereka dengan pemberontakan tersebut. Negara-negara tersebut ditaklukkan dan dianeksasi oleh Murad II.
Murad II lalu meneruskan perluasan wilayah di Seribia yang masih dalam keadaan bereperang dengan Ottoman. Salonica, Macedonia, Teselya dan Yanya berhasil dikuasai. Pemberontakan Penguasa Wallachiapun berhasil dipadamkan dan Wallachia dianeksasi. Semakin luasnya pengaruh Ottoman di Eropa menjadikan cemas Byzantium dan raja-raja Eropa lainnya yang kemudian melancarkan Perang Salib terhadap Ottoman. Pasukan Salib dipimpin oleh Pangeran Transylvania.
Dalam pertempuran ini,
Ottoman kalah namun Pasukan Salib tidak bisa merangsek lebih jauh karena
terkendala alam. Lalu dicapailah kesepakatan gencatan senjata 10 tahun yang
dikenal sebagai Kesepakatan Segedin. Setelah itu Murad II turun tahta dan
menaikkan putranya berusia 12 tahun Mehmed II sebagai Sultan. Beliau
menyepi di Manisa.
Melihat peluang sultan
yang masih muda, rival Ottoman, Hungaria bersama Venice dan didukung Paus
Eugene IV mempersiapkan Pasukan Salib baru untuk menyerang Ottoman. Melihat
keadaan ini Mehmed II meminta ayahnya yang telah pensiun untuk memimpin pasukan
menghadapi Pasukan Salib tersebut. Murad II menolak, lalu Mehmed mengirimkan surat
yang sangat terkenal yang berbunyi, “Jika Engkau adalah sultan maka sudah
sepantasnya Engaku memimpin pasukanmu dalam situasi yang sulit ini, maka
majulah ke depan dan pimpin pasukanmu. Tetapi jika sayalah yang Sultan, maka
saya mengingatkan Engkau untuk patuh kepada perintah Sultan, dan perintah saya
adalah, Pimpinlah pasukan!.” Membaca surat ini Murad II tidak bisa menolak.
Hal ini menandai masa
kedua kepemimpinannya, Murad II kembali naik tahta. Tetapi sebagian orang
menyatakan bahwa kembalinya Murad II ke tahta karena ada pemberontakan
Jenissari. Wallohu a’lam mana yang benar.
Lalu Murad II meluncur ke
Edirne. Pasukan Ottoman sekitar 40.000 prajurit, lalu meluncur ke Varna dan menyerang
Pasukan Salib. Pasukan Salib akhirnya bisa dikalahkan dalam Pertempuran Varna
ini. Pertempuran ini menandai berkahirnya Perang Salib yang mencegah Ottoman
menaklukkan Konstantinopel. Karena berikutnya, saat Konstantinopel sedang dalam
Kepungan Mehmed II, tidak ada Pasukan Salib yang datang membantu.
Empat tahun setelah
Pertempuran Varna, terjadi kembali pertempuran besar yang disebut Pertempuran
Kosovo Kedua. Murad II lagi-lagi berhasil memenangkan pertempuran yang dipicu
invasi Hungaria ke wilayah Ottoman di Serbia. Dengan menangnya Ottoman di
pertempuran ini, Balkan sepenuhnya dalam pengaruh politik Ottoman.
Sebenarnya Murad II adalah seorang yang tidak suka berperang. Ini terlihat dari keinginannya untuk mundur dari kepemimpinan.
Tetapi keadaan memaksanya untuk terus berperang sebagaimana dalam kisah di atas.
Selain pencapian militer, dalam bidang
sosial, di zaman Murad dibangun ratusan masjid, sekolah, jembatan, dan istana. Salah satu bangunan peninggalan Murad II yang bisa dilihat adalah Bursa Muradiye Complex, yang terdiri dari masjid, makam, madrasah, pemandian, dan taman. Murad II sendiri sebenarnya adalah seorang seniman dengan nama pena Muradi.
Dalam masanya pula dikirim sejumlah uang ke Mekkah untuk perbaikan dan dikirim sejumlah tenaga ahli yang disebut Surre-i Humayun untuk memperbaiki tempat-tempat suci. Dalam masanya pula banyak buku ditulis dan buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Murad II meninggal di Edirne karena sakit dan beliau dimakamkan di Bursa, di Kompleks Muradiye. Jika Anda berkunjung ke Bursa, Anda bisa menziarahi makam beliau. Mehmed Sang Kaisar Roma
Dalam masanya pula dikirim sejumlah uang ke Mekkah untuk perbaikan dan dikirim sejumlah tenaga ahli yang disebut Surre-i Humayun untuk memperbaiki tempat-tempat suci. Dalam masanya pula banyak buku ditulis dan buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Murad II meninggal di Edirne karena sakit dan beliau dimakamkan di Bursa, di Kompleks Muradiye. Jika Anda berkunjung ke Bursa, Anda bisa menziarahi makam beliau. Mehmed Sang Kaisar Roma